Minggu, 14 Juli 2013

FF/Key Of Heart/Donghae_BoA/Chapter 5

Judul: Key Of Heart
Author: HyeJae~
Genre: mungkin romance, atau mungkin sad romance -_- #bunuh Author
Cast: Lee Donghae a.k.a Donghae
          Kwon Bo Ah a.k.a Boa
NB: INI ASLI BUATAN SAYA!!!! DON’T COPAS PLEASE AND DON’T BE SILENT READER! J

Summary#
Saat itu musim semi. Musim favoritmu, mungkin kau ingat itu. Tapi apakah kau akan ingat aku? Apa aku masih bisa mengharapkan itu?
.
.
.
.
.
“Semuanya harap tenang sebentar!!” teriak salah satu anak laki-laki yang menjabat sebagai ketua kelas. Park Minjung, dia adalah anak laki-laki itu. Untuk beberapa waktu ini Donghae sudah mulai terlihat dekat dengan teman-teman sekelasnya tapi tidak dengan ketua kelasnya itu. Karena baru-baru diketahui bahwa ketua kelasnya ini diam-diam menyimpan perasaan suka pada Boa dan kebetulan dia juga mengikuti kompetisi yang sama dengan Boa. Cemburu? Mungkin.
“Karena kompetisi yang aku ikuti sudah dekat. Maka, aku mohon untuk doanya. Dan aku harap dengan doa kalian dapat membuatku dan teman kita Boa dari kelas sebelah bisa lolos dari kompetisi ini.” Kata Minjung terang-terangan
Donghae hanya menatap Minjung tajam, `Apa maunya bocah ini?`
.
.
.
.
Hari ini Boa tidak masuk sekolah karena harus mengunjungi neneknya yang sedang sakit. Jadi hari ini Donghae hanya berdiam diri dikelas sambil mendengarkan musik dari Ipodnya. Sedikit bosan memang, rasanya ingin sekali menelpon Boa tapi Boa melarang untuk menelponnya dengan alasan tidak ingin diganggu.

“Kenapa tidak nyatakan saja perasaanmu pada Boa? Daripada nanti diambil orang lain. Kau harus cepat Minjung-ah!”
“Iya aku tahu, tapi kapan? Bertemu dengannya langsung saja jarang sekali,”
“Bagaimana kalau saat kompetisi nanti. Kalian pasti akan punya waktu berdua. Nah, nyatakanlah perasaanmu saat itu juga, bagaimana??”
“Baiklah, aku akan mencobanya. Aku harus bisa mendapatkannya!”

Terdengar sebuah percakapan singkat di bangku pojok kelas. Donghae sengaja diam dan mendengar baik-baik apa yang mereka bicarakan. Ternyata Minjung ingin menyatakan perasaannya pada Boa. Donghae berpikir sejenak bagaimana caranya agar bisa lebih cepat dari ketua kelasnya itu.
Sebuah ide tiba-tiba terlintas dipikiran Donghae. Dia pun langsung mengeluarkan ponselnya dan langsung menekan nomor Boa. Mungkin dia harus sedikit nekat walaupun nantinya dia harus dapat amukan dari Boa.
Mulai terdengar nada sambung, beberapa saat kemudian Boa menjawab telfonnya.
“Yeoboseo?”
Bagus! Sekarang Donghae bingung ingin mengatakan apa. Tiba-tiba otaknya buntu, mulutnya terkunci
“Yeoboseo? Donghae-ah, kau masih disitu kan? Hey!!” Boa masih tetap bergeming disebrang sana.
“Ne? Oh, mian aku melamun tadi.” Akhirnya Donghae membuka suara
“Jangan sering melamun. Ada apa kau menelponku?” tanya Boa
“Kau tidak marah aku menelponmu?”
“Em, mungkin karena moodku sedang baik sekarang. Hey! Jawab pertanyaanku tadi.”
“Oh, tidak ada apa-apa. Aku hanya merindukanmu.” Jawab Donghae tersenyum walaupun ia tahu Boa tidak bisa melihatnya.
.
.
.
.
“Apa kau tidak ingin kembali ke Seoul?” eomma Boa datang dengan membawa secangkir teh hangat untuk Boa
“Kenapa? Aku masih ingin menjaga nenek. Kalau eomma sendiri yang menjaga nenek pasti akan merepotkan. Aku ingin membantu.” Jawab Boa sambil menerima cangkir itu dan menyesap tehnya perlahan.
“Sudahlah, eomma tidak apa-apa kalau harus menjaga nenek disini. Lagipula kau juga harus sekolah kan? Nanti kalau eomma perlu sesuatu, eomma akan telfon.”
“Eomma yakin?” tanya Boa. Eomma pun menggangguk.
“Baiklah, besok aku akan pulang ke Seoul.”
.
.
.
.
Keesokan harinya, wajah Donghae makin terlihat sangat bosan. Selama di sekolah dia hanya diam di kelas, membaca komik, mendengarkan lagu. Terkadang dia juga iseng menelpon Boa. Sebelumnya Donghae sudah berencana ingin pulang sekolah lewat rumah Boa. Entah apa yang dipikirkannya, dia sungguh merindukan Boa.
Dengan mengendarai motornya, Donghae akhirnya sampai di depan rumah Boa. Rumah itu terlihat sangat sepi. Dalam pikirannya terus bertanya-tanya kapan Boa akan pulang.
Masih tetap setia memandangi rumah Boa yang sepi, tiba-tiba pintu rumah itu terbuka dan terlihat seorang yeoja keluar dari rumah itu.
“Ne eomma. Sudah dulu ya? aku mau ke supermarket dulu sebentar. Nanti aku telpon lagi. Annyeong~” yeoja itu Boa. Setelah mengunci pintu rumah, ia bergegas membuka pintu pagar sampai akhirnya ia menangkap sosok namja yang ia kenal sedang berdiri disamping motornya sambil menatap dirinya.
“Donghae-ssi?? Sedang apa kau disini?” kata Boa sambil berlari menghampiri Donghae di seberang rumahnya.
“Annyeong~” sapa Donghae hangat ditambah dengan senyum khasnya. Melihat senyum itu, Boa langsung teringat saat Donghae mengatakan sedang merindukannya. Wajah Boa langsung memerah dan dia tidak berani menatap wajah Donghae
“Eoh? Apa kabar??” tanya Boa basa-basi
“Baik, kau sendiri? Bagaimana keadaan nenekmu?” jawab Donghae gugup
“Keadaan nenek mulai membaik, sebenarnya aku masih ingin membantu eomma menjaga nenek tapi eomma malah menyuruhku pulang. Dan kemarin malam aku baru sampai.” Jelas Boa
“Kenapa tidak memberitahuku kalau kau akan kembali?” tanya Donghae posesif
Boa heran, kenapa namja ini seperti mengintrogasinya? Lagipula kenapa kalau dia tidak memberi kabar? Toh Donghae bukan pacarnya?
Keduanya pun langsung diam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing.
“Sekarang kau mau kemana?”
“Mau ke supermarket.”
“Mau kuantar?”
“Baiklah.”
.
.
.
.
Setelah berbelanja beberapa barang. Donghae mengajak Boa jalan-jalan, dia sangat merindukan saat-saat bersama Boa. Sekarang ini, Donghae teringat kembali dengan rencana Minjung yang akan menyatakan perasaannya pada Boa. Donghae tidak boleh kalah dari Minjung tapi kapan? Sekarang? Dia belum mempersiapkan apapun. Mulai dari mentalnya nanti saat menyatakan perasaannya, atau saat harus mendengar jawaban dari Boa nanti.
“Kompetisi itu akan dimulai 3 hari lagi.” Ujar Boa
Benar juga, tak terasa kompetisi itu sudah hampir dekat. Donghae memperhatikan wajah Boa yang tampak gelisah. Tidak mau melihat orang yang disayanginya ini gelisah, Donghae langsung merangkul bahu Boa sembari menyalurkan semangat untuknya.
“Kau pasti bisa. Aku yakin, kau hebat dalam hal bermusik. Jangan takut aku akan selalu memberimu semangat.”
“Terima kasih, kau sudah banyak membantuku selama ini. Hanya saja aku sedikit gugup karena ini kompetisi impianku. Aku sudah memimpikannya semenjak masuk SMA, aku juga tidak mau mengecewakan orang tuaku yang sudah mendukungku dan Mrs. Jung yang sudah membantuku. Aku tidak mau mengecewakan mereka.”
“Tapi kalau kau terus seperti ini, artinya kau mengecewakanku. Padahal, aku juga ingin melihatmu bahagia. Tapi kenapa kau malah menganggap dirimu tidak bisa mendapatkan kebahagiaanmu sendiri. apa gunanya kerja keras kita selama ini?”
“Mianhae.”
“Untuk apa kau minta maaf?”
“Karena aku mengecewakanmu. Tapi aku janji aku akan berusaha sebaik mungkin, dan usaha kita selama ini tidak akan sia-sia.”
“Sudahlah, tidak apa-apa. Aku mengerti perasaanmu sekarang. Harusnya aku tidak mengatakan itu tadi. Maafkan aku. Sebagai gantinya bagaimana kalau aku akan datang mendukungmu di kompetisi itu?”
“Jinjja??”
“Tentu saja. aku akan menjadi orang yang akan berteriak keras memanggil namamu.”
“Haha, kau memang harus melakukan itu. Janji?”
“Janji.”
.
.
.
.
3 hari setelah pertemuan itu, baik Donghae maupun Boa tidak pernah bertemu lagi. Boa yang sibuk dengan persiapannya. Dan Donghae yang tidak mau mengganggu Boa, dan hanya bisa berkomunikasi lewat email dan sesekali bercanda agar Boa tidak terlalu gugup.
To Boa:
“Bagaimana keadaanmu sekarang?”
Send

From Boa:
“Masih sedikit gugup. Tapi aku bisa mengatasi itu. Nanti kau akan datang kan?”

To Boa:
“Tentu saja, bukannya aku sudah berjanji? Dan nanti ada yang ingin aku bicarakan padamu.”
Send

From Boa:
“Apa itu?”

To Boa:
“Lihat saja nanti J
Send
.
.
.
.

-tbc-

FF/Key Of Heart/Donghae_BoA/Chapter 4

Judul: Key Of Heart
Author: HyeJae~
Genre: mungkin romance, atau mungkin sad romance -_- #bunuh Author
Cast: Lee Donghae a.k.a Donghae
          Kwon Bo Ah a.k.a Boa
NB: INI ASLI BUATAN SAYA!!!! DON’T COPAS PLEASE AND DON’T BE SILENT READER! J

Summary#
Saat itu musim semi. Musim favoritmu, mungkin kau ingat itu. Tapi apakah kau akan ingat aku? Apa aku masih bisa mengharapkan itu?
.
.
.
.
.
“Ini.” Kata Donghae sambil memberikan sebuah amplop pada Boa
Boa yang sedari tadi terlihat diam tanpa kata, sekarang mulai penasaran dengan isi amplop yang dia pegang sekarang.
Terkejut. Ternyata sebuah rangkaian lagu. Dan itu ciptaan Donghae sendiri. Boa menatap Donghae, dia bingung apa yang harus dia lakukan. Menangis? Berteriak? Atau lainnya? Tapi yang dia lihat sekarang hanya senyuman tulus dari Donghae.
“Aku membuatnya karena aku ingin melihat kau menang. Jadi, itu sedikit bantuan dariku dan kau tidak perlu membayar, hahaha!” canda Donghae

GREEPPP

“Gomawo.” Hanya itu kata yang keluar dari mulut Boa. Boa memeluk Donghae erat. Merasa sangat bahagia dan beruntung memiliki sahabat seperti Donghae.
“Ne, cheonma”
.
.
.
.
“Emm.. terima kasih untuk hari ini. Dan juga untuk lagunya, aku tidak tahu akan jadi apa kalau kau tidak memberikan lagu itu untukku, aku mungkin tidak akan bisa mengikuti kompetisi itu.”
“Ne, lagipula aku bisa merasakan kesungguhanmu untuk mengikuti kompetisi itu. Aku hanya bisa melakukan apa yang aku bisa. Tapi kau harus berjanji satu hal padaku.”
“Apa itu?”
“Kau harus memenangkan kompetisi itu. Kalau tidak, aku tak mau berteman denganmu lagi!”
“Haha, baiklah. Aku janji!”
Itulah percakapan terakhir mereka malam itu.


“Aku pulang...”
“Bagaimana pestanya tadi?” tanya eomma Boa
“Cukup menarik.” Jawab Boa
“Jinjja? Baru kali ini kau tertarik dengan pesta. Apa karena Donghae?” goda eomma
“Mungkin iya.” Boa tersenyum manis dan berlalu menuju kamarnya dengan perasaan bahagia.

Keesokannya, hari minggu yang tenang di rumah Donghae. Namja manis ini terlihat sedang duduk bosan sambil menatapi televisi di depannya. Seperti tak ada minat, Donghae pun mengalihkan kegiatannya itu dengan mencoba untuk memasak. Tak terasa perutnya sekarang mulai kelaparan.
Tangannya mulai mengacak-acak dapur, mencari sesuatu yang bisa dia masak. Perutnya sedari tadi masih setia berbunyi.
Tingtong...
Sekarang bel rumahnya yang berbunyi. Donghae hanya mendengus karena masih belum mendapatkan makanan.

“Annyeong!!” sapa Boa
“Eo? Sedang apa kau disini??” tanya Donghae
“Ini.” Kata Boa sambil menyodorkan sebuah kotak bekal bergambar Hello kitty.
“Untuk apa?” Donghae sudah tidak bisa menahan rasa laparnya saat mencium aroma sedap dari kotak bekal itu.
“Untuk ucapan terima kasihku karena lagu itu.” Jawab Boa

Kruukk...kruukk..
Tanpa aba-aba perut lapar Donghae berbunyi lagi. Wajahnya langsung memerah menahan malu. Boa tersenyum menahan tawa.
“Dan untuk itu juga.” Kata Boa sambil menunjuk ke arah perut Donghae.
.
.
.
.
“Ah! mashita!! Kau sendiri yang masak??” tanya Donghae dengan mulut masih penuh dengan makanan yang dibawa Boa tadi
“Tentu saja. tapi habiskan dulu makanan di mulutmu, baru bicara!”

Uhukk.uhukk...

“Aku bilang apa tadi?! Sebentar aku ambil minum.”
Sementara Boa mengambil minuman. Donghae tanpa sadar sedang memandangi ponsel Boa. Sedikit iseng dia pun mengambil ponsel Boa yang terletak di meja. Terlihat di wallpaper ponsel menampilkan foto mereka berdua di taman. Wajah mereka begitu lucu di foto itu. Donghae pun tersenyum senang.

Mendengar suara langkah Boa, Donghae  langsung meletakkan ponsel itu ke tempat semula dan memasang wajah biasa-biasa saja.
“Ini minumnya.” Boa menyerahkan segelas air putih kepada Donghae
“Jadi.. kapan kompetisi itu dimulai?” tanya Donghae setelah meneguk air putihnya
“Minggu depan. Dan aku sudah berlatih cukup keras untuk itu. Kau akan datang kan?”
“Datang kemana?”
“Tentu saja ke kompetisi itu. Kau harus datang melihat penampilanku. Okay?”
“Baiklah. Aku akan jadi orang pertama yang akan memberikan ucapan selamat atas kemenanganmu.”
“Janji?”
“Janji.”
.
.
.
.
Tidak lama kemudian Boa pamit pulang. Donghae menemani Boa sampai depan rumah. Perasaannya sekarang lebih baik. Pertama, karena perutnya yang lapar sekarang sudah kenyang dan yang kedua, dia mulai merasa lebih dekat dengan Boa. Entah kenapa, saat melihat Boa yang sangat gembira seperti itu membuat Donghae merasa bahagia.

Drrttt...drrrttt....
Ponsel Donghae bergetar di saku celananya. Buru-buru Donghae merogoh saku celananya dan melihat ke layar ponselnya. Disana tertera nomor ponsel bibinya.
“Yeoboseyo?” jawab Donghae
“Donghae-ah, sekarang kau ada dimana?”
“Di rumah, kenapa ahjumma?”
“Maaf, kalau sebelumnya aku lupa memberitahumu sesuatu,”
“Apa??”
“Sore ini ibumu akan pergi ke London menyusul kakakmu. Sekarang aku dan eommamu sedang berada di perjalanan menuju bandara. Sebaiknya kau cepat bersiap-siap menyusul kami. Kau mau bicara dengan eommamu?”
“Tidak. Baiklah, aku akan segera kesana!”
.
.
.
.
Donghae langsung melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Ini adalah kesempatan terakhirnya untuk bertemu dengan ibunya sebelum ibunya pergi meninggalkan korea.
Sesampainya di Bandara Incheon, mata Donghae tidak berhenti mencari ibunya. Lalu tiba-tiba ada seseorang menepuk pundaknya. Badan Donghae langsung gemetar, perlahan ia membalikkan badannya. Ternyata itu ibu Donghae. Dia terseyum lembut menatap Donghae.
“Kau sekarang lebih kurus dari sebelum kau pindah ke Seoul, ya?” itu adalah kalimat pertama yang didengar Donghae setelah sekian lama tidak bertemu ibunya.
“Eomma, bogoshipoyo!” Donghae langsung memeluk ibunya erat. Rasa rindu sekarang memenuhi hati Donghae. Ingin sekali menagis dalam pelukan ibu tercinta.
“Maaf, tapi eomma harus pergi. Kau baik-baik disini ya? jangan merepotkan bibimu. Ingat itu! Eomma tidak akan lama, setelah wisuda kakakmu eomma akan pulang mungkin kakakmu juga akan ikut.”
“Maaf juga kalau selama ini eomma tidak bisa menemuimu. Tapi, berkat bibimu eomma jadi tidak perlu khawatir lagi dengan keadaanmu. Kau sudah dewasa Donghae-ah, eomma percaya kau bisa jadi anak baik. Eomma sangat menyayangimu, jangan ragukan itu.”
“Ne, aku tahu kalau eomma menyayangiku dan aku juga menyayangi eomma. Aku pasti akan menunggu eomma dan Donghwa hyung kembali ke Korea. Jaga diri eomma baik-baik ne?” jawab Donghae
Sepasang ibu dan anak ini berpelukan kembali. Menyalurkan rasa sayangnya masing-masing.
.
.
.
.
Keesokan harinya, di kelas Donghae dengan suasana seperti biasa dimana apabila sendang tidak ada guru muri-murid akan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Seperti ada yang membaca komik, ngobrol dengan teman sebangku, bermain game, bahkan ada juga yang tetap setia belajar walaupun guru sedang tidak ada.
Donghae seperti biasa hanya duduk termenung di bangkunya dan entah apa yang dia pikirkan. Eommanya? Tadi pagi eomma Donghae menelponnya memberi kabar bahwa dia sudah sampai di London dengan selamat dan sekarang sedang berada di apartemen kakaknya. Boa? Jam istirahat tadi Boa menyempatkan diri untuk ke kelas hanya sekedar mengajak makan siang, tapi Donghae menolak karena alasan belum lapar. Lalu apa?
“Semuanya harap tenang sebentar!!” teriak salah satu anak laki-laki yang menjabat sebagai ketua kelas. Park Minjung, dia adalah anak laki-laki itu. Untuk beberapa waktu ini Donghae sudah mulai terlihat dekat dengan teman-teman sekelasnya tapi tidak dengan ketua kelasnya itu. Karena baru-baru diketahui bahwa ketua kelasnya ini diam-diam menyimpan perasaan suka pada Boa dan kebetulan dia juga mengikuti kompetisi yang sama dengan Boa. Cemburu? Mungkin.
“Karena kompetisi yang aku ikuti sudah dekat. Maka, aku mohon untuk doanya. Dan aku harap dengan doa kalian dapat membuatku dan teman kita Boa dari kelas sebelah bisa lolos dari kompetisi ini.” Kata Minjung terang-terangan
Donghae hanya menatap Minjung tajam, `Apa maunya bocah ini?`
.
.
.
.


-Tbc-

FF/Key Of Heart/Donghae_BoA/Chapter 3

Judul: Key Of Heart
Author: HyeJae~
Genre: mungkin romance, atau mungkin sad romance -_- #bunuh Author
Cast: Lee Donghae a.k.a Donghae
          Kwon Bo Ah a.k.a Boa
NB: INI ASLI BUATAN SAYA!!!! DON’T COPAS PLEASE AND DON’T BE SILENT READER! J

Summary#
Saat itu musim semi. Musim favoritmu, mungkin kau ingat itu. Tapi apakah kau akan ingat aku? Apa aku masih bisa mengharapkan itu?
.
.
.
.
.
“Lalu kenapa kau menyapu sambil tidur?” tanya Boa
“Tidur? Aku tidak tidur!” elak Donghae
“Tentu saja kau tidak mengakuinya. Kau kan tidur. Memangnya kau melakukan apa semalam?”
“Memikirkanmu.” Jawab Donghae sambil memasang senyum termanis
Wajah Boa pun langsung memerah. Dia berpikir sebenarnya Donghae ini sedang mempermainkanya atau tidak?
“Jangan bercanda!”
“YA!! Kwon Boa!!! Sedang apa kau? Kau tahu sekarang waktunya apa? Kembali kesini!!” tiba-tiba guru olahraga Boa memanggilnya dengan nada kesal
“Sebaiknya kau harus kembali,” ujar Donghae
“Baiklah.”

‘Semoga kejutan ini tidak ketahuan olehnya...’
.
.
.
.
“Boa-ssi, pulang sekolah nanti kau ada acara tidak?” tanya Minji salah satu teman sekelas Boa
“Hmm?? Sepertinya tidak ada. Waeyo?”
“Hari ini aku ulang tahun. Nanti sore aku akan mengadakan pesta perayaan ulang tahunku di rumahku. Kau boleh ajak temanmu, supaya pestanya lebih ramai. Datang yah?” ucap Minji. Boa terlihat sedikit berpikir. Menimbang-nimbang keputusannya nanti. Pergi ke pesta itu, dengan siapa dia harus pergi? Tidak datang, Minji bisa kecewa dan lagipula akhir-akhir ini Boa terlihat stres karena kompetisinya itu dan butuh hiburan.
“Hah!! Lama sekali jawabnya. Yasudah, diam berarti iya. Kau akan masuk daftar tamu terbaikku. Jangan lupa bawa temanmu itu. Arrachi??” jawab Minji
Entah kenapa mendengar kata-kata “temanmu itu” sepertinya yang dimaksudkan Minji adalah Donghae.

Pulang sekolah Donghae terlihat sedang melamun di taman. Boa yang kebetulan lewat langsung menghampiri Donghae.
“Heyy!!”
“Mwoya?!! Ya! kenapa kau senang sekali mengagetkanku?” tanya Donghae kesal. Boa hanya nyengir kuda
“Ada apa?” tanya Boa
“Maksudmu??” tanya Donghae balik
“Kau ada masalah apa? Kenapa sampai melamun?”
“Tidak ada. Kau sendiri kenapa belum pulang?” tanya Donghae
“Mmm...” gumam Boa tapi dapat terdengar oleh Donghae. Merasa penasaran dengan sikap Boa, Donghae langsung mencubit pipi Boa.
“Sekarang kenapa kau sendiri yang melamun?”
“Yak!! Appoyo!!!” ringis Boa sambil mengusap-usap pipinya yang memerah
“Mmm.. itu.. hari ini Minji teman sekelasku ulang tahun.”
“Lalu?”
“Lalu aku diundang dan.. aku harus mengajak teman supaya pestanya jadi ramai.” Kata Boa dengan sedikit malu. Dia merasa seperti mengajak seorang namja berkencan.
“Kau sedang mengajakku ya? sudah, jangan malu. Bilang saja kau ingin mengajakku untuk menemanimu kesana kan?” goda Donghae
Boa ingin sekali menjambak mulut Donghae yang sering sekali menggodanya itu. Tapi, itu semua benar. Boa ingin mengajak Donghae ke pesta itu. Tapi dia terlalu malu untuk mengatakannya.
”Itu.. Minji sendiri yang ingin aku mengajakmu! Kau jangan terlalu pede!” jawab Boa dengan tetap tidak berani memandang wajah Donghae yang pasti sekarang sedang senyum-senyum tidak jelas.
“Ohh, padahal aku akan sangat senang sekali kalau kau sendiri yang berminat mengajakku. Baiklah, aku mau. Kapan pestanya mulai?” tanya Donghae
“Nanti sore jam 5 di rumah Minji.”
“Okey, nanti aku akan menjemputmu. Dandan yang cantik ya?”
“N..ne..”
.
.
.
.
Pukul 16.45 Donghae sudah sampai di rumah Boa dengan mobil kesayangannya. Donghae terlihat tampan dengan setelan kemeja biru laut dan jas hitam. Sangat sederhana untuk ukuran namja tampan seperti dia. Donghae menunggu Boa di depan pagar rumah sambil sesekali memecet bel.
“Ini kediaman keluarga Kwon. Ada yang bisa saya bantu?” terdengar suara dari interkom. Ternyata itu eommanya Boa. Donghae langsung menjawab interkom itu
“Ahjumma, ini Donghae. Aku mau menjemput Boa. Dia ada?” tanya Donghae
“Ahh.. Donghae? Masuklah. Boa sedang di kamar, biar ahjumma panggilkan.” Jawab eomma Boa
“Ne, gomawo ahjumma”
Akhir-akhir ini Donghae mulai dekat dengan keluarga Boa terutama dengan Kwon ahjumma dan saudara laki-laki Boa. Mungkin mereka mengingatkan Donghae dengan ibu dan kakak laki-lakinya.
Donghae juga sering ke rumah hanya sekedar lewat atau ingin meminjam buku Boa. Hampir setiap minggu Donghae selalu diundang keluarga Boa untuk makan malam. Walaupun sebenarnya dia tidak enak dengan kedatangannya yang terlalu sering.
“Boa!! Cepatlah sedikit. Donghae sudah menunggumu!” terdengar Kwon ahjumma berteriak memanggil Boa saat Donghae masuk ke dalam rumah.
“Ne, aku sudah siap!” balas Boa
Boa pun berlari dari kamarnya yang di lantai atas menuju tangga. Donghae hanya memperhatikan Boa yang tergesa-gesa merapikan dress birunya sambil menjinjing sepatu high heelsnya. Donghae pun tersenyum melihat Boa yang berbeda daripada yang biasa dia lihat di sekolah maupun sehari-hari. Sekarang Boa terlihat lebih anggun dan cantik dengan dress itu.
“Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Boa saat tiba di hadapan Donghae
“A..aniyo. hanya kau terlihat cantik,” jawab Donghae sambil tersenyum. Boa hanya malu mendengarnya
“Bukannya kau sendiri yang minta aku supaya berdandan cantik?” tanya Boa gugup
“Tapi tidak perlu berdandan kau juga sudah cantik.” Jawab Donghae sambil mengusap rambut Boa
“Yak! Aku sudah lelah merapikannya. Jangan dirusak!!”
Donghae pun hanya terkekeh mendengarnya.
“Cha! Ayo kita berangkat!”
“Ne. Eomma, aku berangkat dulu!” seru Boa terhadap eommanya
“Ne, jangan pulang sampai larut malam. Dan hati-hati di jalan jangan ngebut!” balas eomma dari dapur
“Ne!!”
.
.
.
.
“Kau kenapa?” kata Donghae membuka pembicaraan. Selama perjalanan di mobil, mereka berdua saling diam. Apalagi Boa yang lebih terlihat diam dibanding Donghae yang sesekali bersenandung sendiri.
“Gwechana.” Jawab Boa datar
“Lalu kenapa wajahmu merah? Kau sakit?” tanya Donghae
Boa hanya menggeleng kepalanya kencang. Mungkin setelah itu dia akan pusing dan tidak sanggup berjalan.
“Yasudah. Kita sudah hampir sampai. Yang mana rumahnya??” tanya Donghae
“Itu.” Jawab Boa sambil menunjuk ke arah rumah besar di ujung jalan yang terlihat sangat terang oleh lampu-lampu pesta di sekitarnya.

“Aigo, kalian tampak seperti sepasang kekasih yang datang ke sebuah pesta dansa!!” teriak Minji histeris setelah melihat Donghae dan Boa yang berjalan berdampingan menghampirinya
“Minji-ah.. saengil chukkeyo!” ucap Boa sambil memberikan kado yang sedari tadi dia pegang. Sepertinya Boa tidak menghiraukan perkataan Minji tadi dan Donghae hanya tersenyum seperti biasanya.
“Ne, gomawo! Oh ya, kalian boleh bergabung dengan teman-teman yang lain di lantai dansa. Berdansalah!” kata Minji dan langsung dibalas dengan gelengan dari Boa dan Donghae.

Alasannya Boa tidak tahu caranya berdansa dan dia terlalu malu kalau harus berdansa dengan Donghae. Kalau Donghae memang dia tidak tahu berdansa seperti Dancing Couple *Author gak tau namanya-_-* dia hanya tahu breakdance, hip hop dan semacamnya.
“Yah, baiklah. Lagipula kalian bisa melakukan hal lain. Silahkan!” kata Minji
Mereka berdua pun mengangguk dan langsung memisahkan diri. Donghae pergi entah kemana, sementara Boa pergi untuk mengambil minuman.
.
.
.
.
Sudah hampir setengah jam mereka menganggur di tempat itu, tiba-tiba Donghae mendekati Boa
“Bosan??” tanya Donghae
“Ne.” Jawab Boa tak bersemangat
“Mau berdansa denganku?” tawar Donghae
“Hah? Berdansa? Memang kau bisa?” tanya Boa
“Sedikit,”
“Tapi aku tidak bisa berdansa.” Jawab Boa lesu
“Ikuti saja gerakanku. Ini mudah kok,” kata Donghae sambil mengulurkan tangannya pada Boa. Boa agak ragu, tapi dia percaya pada Donghae kalau dia bisa.
“Baiklah.”
.
.
.
.
“Sekarang letakkan tangan kananmu di pundakku. Lalu tangan kiri genggam tanganku.” Kata Donghae mengarahkan. Tangan Donghae juga sudah diletakkan di pinggang Boa. Ada sedikit canggung diantara keduanya.
“Lalu ikuti saja gerakan kakiku dan nikmati musiknya.” Lanjut Donghae
Mereka pun mengikuti alur musik yang begitu pelan. Sesekali Donghae meringis kesakitan karena kakinya yang terinjak heels Boa. Tapi mereka tetap terlihat menikmatinya denga diiringi tawa dari keduanya.
“Kau tahu?” tanya Donghae
“Apa?”
“Selama aku pindah ke Seoul, aku menemukan sesuatu yang berbeda. Dan aku belum pernah merasakannya sebelumnya.”
“Apa itu?”
“Bertemu denganmu. Semenjak bertemu denganmu, aku merasa hidupku lebih berwarna. Walaupun dulu saat kita pertama kali kenal kau selalu pasang wajah cuek padaku. Tapi aku senang melihatnya. Dan saat pertama kali aku melihatmu latihan, entah kenapa wajahmu begitu berbeda dan sangat tulus. Dan itu membuatku ingin memberikan sesuatu untukmu.” Kata Donghae sambil mengambil sesuatu dari saku jasnya
“Ini.” Kata Donghae sambil memberikan sebuah amplop pada Boa
Boa yang sedari tadi terlihat diam tanpa kata, sekarang mulai penasaran dengan isi amplop yang dia pegang sekarang.
Terkejut. Ternyata sebuah rangkaian lagu. Dan itu ciptaan Donghae sendiri. Boa menatap Donghae, dia bingung apa yang harus dia lakukan. Menangis? Berteriak? Atau lainnya? Tapi yang dia lihat sekarang hanya senyuman tulus dari Donghae.
“Aku membuatnya karena aku ingin melihat kau menang. Jadi, itu sedikit bantuan dariku dan kau tidak perlu membayar, hahaha!” canda Donghae

GREEPPP

“Gomawo.” Hanya itu kata yang keluar dari mulut Boa. Boa memeluk Donghae erat. Merasa sangat bahagia dan beruntung memiliki sahabat seperti Donghae.
“Ne, cheonma”
.
.
.
.
-tbc-

Kayaknya yang ini endingnya nggantung??
Okelah, whatever.
RCL!!!!

Gomawo~

FF/Key Of Heart/Donghae_BoA/Chapter 2

Judul: Key Of Heart
Author: HyeJae~
Genre: mungkin romance, atau mungkin sad romance -_- #bunuh Author
Cast: Lee Donghae a.k.a Donghae
          Kwon Bo Ah a.k.a Boa
NB: INI ASLI BUATAN SAYA!!!! DON’T COPAS PLEASE AND DON’T BE SILENT READER! J

Summary#
Saat itu musim semi. Musim favoritmu, mungkin kau ingat itu. Tapi apakah kau akan ingat aku? Apa aku masih bisa mengharapkan itu?
.
.
.
.
.
“Ya!! tinggi badan tidak menjamin orang itu pandai basket! Kalau kau tidak percaya, kau bisa menantangku untuk bermain basket bersamamu!” kata Donghae
“Mwo?? Kenapa aku?”
“Karna kau sudah menertawai tinggi badanku!” jawab Donghae tidak mau kalah.
“Ne, baiklah bagaimana kalau aku yang menang?”
“Aku akan menjadi pesuruhmu selama 1 minggu.”
“Tapi bagaimana kalau aku kalah?”
“Kau, harus jadi pacarku!”
“Mwo?!”
“Haha!! Tenang aku hanya bercanda. Lagipula kau bukan tipeku, kau terlalu pendek untukku.”
“Cihh! Kau juga bukan tipeku. Kau menyebalkan dan sok tinggi!”
Boa pun meninggalkan Donghae sendirian di dalam kelas, dengan tampang kesal dia pun membanting pintu yang mungkin akan rusak engselnya setelah ini.
Donghae hanya terkikik geli melihat temannya seperti itu, tapi merasa senang bisa membuat Boa dapat sedikit melupakan masalahnya tadi.
.
.
.
“Aku pulang!!” ucap Donghae sesampainya di rumah. Tapi sebenarnya dia tidak perlu melakukan itu karena dia tahu bahwa tak ada yang akan menjawab salamnya. Ayah Donghae meninggal 2 tahun lalu karena penyakit jantung yang dideritanya. Ibu Donghae karena tak kuat ditinggal suaminya memilih untuk menyendiri di desanya, tempat yang penuh kenangan bersama suaminya. Kakak laki-laki Donghae pun juga pergi keluar negeri untuk melanjutkan kuliahnya. Alhasil, disini lah Donghae di rumahnya sendirian walaupun terkadang Lee ahjumma (adik ibu Donghae)  datang untuk sekedar melihat keadaan Donghae dan memberi uang bulanan dari ibunya untuk kebutuhan sehari-hari.
Sebenarnya Donghae sudah terbiasa hidup mandiri sejak kecil, ayahnya yang mengajarkan hidup mandiri kepada Donghae dan kakaknya, jadi hidup sendirian dirumah bukanlah masalah untuknya. Tapi sekarang ia merasa sesuatu yang berbeda dengan 2 tahun lalu. Dulu, saat ayahnya masih ada dia masih bisa merasakan kasih sayang dari keluarga yang utuh. Setelah ayahnya tiada, setidaknya ia masih mengharapkan kasih sayang dan kebersamaan bersama ibu dan kakaknya.

TOK..TOK...TOK....
Mendengar ketukan pintu, dengan langkah malas Donghae membuka pintu. Dalam pikirannya pasti yang datang adalah Lee ahjumma. Karena sekarang sudah akhir bulan dan biasanya Lee ahjumma selalu datang untuk melihat keadaan Donghae.
“Annyeong!!” dan tebakan Donghae benar. Dengan senyum merekah dari wajahnya yang mulai muncul keriput, Donghae hanya terlihat malas dan mempersilahkan bibinya masuk.
“Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya Lee ahjumma sambil meletakkan mantelnya di sofa.
“Masih sama dengan bulan lalu,” jawab Donghae seadanya.
Sebenarnya Donghae senang Lee ahjumma datang ke rumah. Karena masih ada salah satu dari keluarganya yang masih mau peduli. Tapi Donghae lebih mengharapkan kedatangan ibunya. Walaupun hanya sekedar memeluknya saja.
“Sepertinya ibumu masih belum berubah pikiran untuk kembali lagi kesini. Lihatlah kau sekarang seperti anak yang tinggal di hutan. Rumah juga kacau, baju-bajumu bertebaran dimana-mana. Apa saja yang kau lakukan disini?”
“Tidak ada. Hanya menikmati masa-masa sendirian.” Jawab Donghae singkat
“Kenapa tidak cari yeojachigu saja?”
“Ahjumma, sebentar lagi aku akan mengikuti ujian kelulusan. Jadi aku tidak mungkin memikirkan untuk punya pacar dulu,”
“Yahh.. baiklah. Itu terserah kau saja. oh ya, eommamu bilang dia ingin menyusul kakakmu. Katanya minggu depan kakakmu akan wisuda. Bagaimana pendapatmu?”
Mendengar pertanyaan itu. Hati Donghae agak sakit, kenapa ibunya lebih memilih menemui kakaknya yang jauh di luar negeri daripada dirinya yang berada tidak kurang 2 jam perjalanan dari desanya ke kota. Sedih, itu pasti. Tapi Donghae berusaha possitive thinking kepada ibunya. Dia tahu, kakaknya adalah salah satu tulang punggung keluarga setelah ayahnya meninggal.
“Hhh~ ya itu terserah eomma. Lagipula aku baik-baik saja disini,” terdengar nada-nada kecewa dari kalimatnya tadi.
“Yasudah. Kau sudah makan? Ahjumma akan memasak untukmu.” Tawar Lee ahjumma. Donghae pun hanya mengangguk pasrah dan langsung berlalu ke kamarnya.
.
.
.
.
“Yeoboseo? Hei, kau disitu kan? Jawab aku!”
Kali ini Donghae sedang menelpon Boa. Yah, entah kenapa Donghae ingin sekali mencurahkan kekecewaannya kepada gadis itu. Mungkin, hanya Boa yang membuatnya dapat berbicara banyak selain dengan bibinya. Selama di kelas Donghae hanya memilih diam karena dilihatnya teman-teman sekelasnya tidak menarik untuk diajak berbicara. Yang ada hanya sekumpulan gadis-gadis yang selalu menatapnya seakan-akan dia adalah perhiasan mahal yang sering diperebutkan.
“Ne! Aku dengar, aku hanya berpikir sesuatu.” Jawab Boa disebrang sana
“Berpikir apa?”
“Kenapa kau menceritakan semua ini padaku? Itu kan masalahmu. Aku tidak mau ikut-ikut,” jawab Boa cuek. Seharusnya Donghae sedih mendengar jawaban tadi. Tapi ia malah tertawa mendengarnya. Mungkin jawaban itu terdengar seperti menghiburnya.
“Kenapa kau tertawa? Memangnya jawabanku tadi lucu?”
“Sebenarnya tidak ada yang lucu,”
“Lalu kenapa kau tertawa?” Boa mulai kesal
“Entah?” jawab Donghae polos
“Oh ya, sekarang kau dimana?” tanya Boa
“Aku sekarang ada di rumah tepatnya di kamar, memangnya kenapa?” jawab Donghae
“Mau menemaniku ke studio musik?”
“Mmm... baiklah aku akan menjemputmu di dekat taman sekolah.”
.
.
.
.
“Kita mau apa disini?” tanya Donghae bingung
“Aku mau latihan disini” jawab Boa
“Boleh aku ikut?”
“Baiklah, tapi jangan mengganggu!”

Donghae mengikuti Boa masuk ke dalam studio musik. Dia baru pertama kali ke tempat itu. Mungkin karena dia terlalu malas jalan-jalan ke sekitar sini.
“Kau sudah sering kesini ya?” tanya Donghae
“Tidak juga. Karena di sekolah sudah ada kelas musik jadi aku hanya sesekali kesini,” jawab Boa sambil mempersiapkan alat musiknya
“Bisakah kau ceritakan tentang kompetisi musikmu itu?”
Boa langsung terdiam sambil melirik ke arah Donghae yang terlihat sangat penasaran. Sebenarnya dia agak malas untuk menceritakan kompetisi itu, ditambah lagi masalah besar yang harus dihadapinya saat ini.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Donghae melihat perubahan mimik wajah Boa yang berubah
“Hah? aku baik-baik saja” jawab Boa dengan senyum yang dipaksakan
“Benarkah? Apa kau benar-benar tidak ingin menceritakannya padaku? Padahal aku sudah pernah menceritakan masalahku padamu,” kata Donghae
“Hhh.. baiklah aku akan cerita. Sebenarnya kompetisi itu akan diadakan 2 minggu lagi. Para peserta harus membawakan 2 lagu. Lagu pertama adalah lagu berbahasa korea yang mencover dari penyanyi terkenal. Yang kedua adalah lagu ciptaan sendiri. Dan aku punya masalah dengan lagu kedua.” Jawab Boa terhenti, lalu diliriknya Donghae yang masih menatapnya penasaran
“Lalu? Apa masalahmu?” tanya Donghae
“Mrs. Jung pernah membantuku untuk membuat lagu itu. Saat lagu itu sudah selesai lagu itu menghilang. Katanya, Mrs. Jung lupa meletakkannya dimana. Yah, aku bisa maklum karena dia sudah
 tua. Tapi menghilangnya lagu itu disaat yang tidak tepat. Dan sekarang aku bingung harus bagaimana. Membuat laguku sendiri, aku tidak pandai menciptakan lagu. Berhenti dari kompetisi ini, itu juga tidak mungkin. Aku sudah lama menantikan kompetisi ini. Aku juga sudah berusaha keras untuk latihan agar aku bisa mengikuti kompetisi ini. Kompetisi ini sudah jadi impianku sejak lama, dan aku hanya punya kesempatan sekarang ini,” tak terasa air mata Boa mengalir. Dia bingung harus apa, rasanya ingin sekali putus asa.
“Uljimarayo,” tiba-tiba Donghae menghapus air mata Boa dan tersenyum. Berusaha memberinya semangat
“Mungkin aku bisa membantumu,” tawar Donghae
“Maksudmu? Tidak usah, aku tidak mau merepotkan siapapun.” Jawab Boa
“Tapi aku sungguh-sungguh ingin membantumu.”
“Kau mau bantu apa?! Sudahlah aku tidak perlu bantuanmu!” bentak Boa
“Aku akan membuatkan lagu untukmu!” jawab Donghae tegas
Boa terdiam, benarkah Donghae akan membantunya membuatkan lagu? Dan akhirnya Boa pun hanya mengangguk setuju.
Donghae dan Boa pun melanjutkan latihannya, kali ini Boa sangat serius latihan dan lebih semangat. Donghae juga membantu Boa apabila salah not. Setelah latihan usai Donghae mengajak Boa ke mall. Hanya untuk melepas lelah dengan es krim dan jalan-jalan di mall
Waktu sudah hampir malam. Boa juga sudah berulang kali melirik jam tangannya.
“Mari ku antar pulang”. Ajak Donghae
“Baiklah”. Jawab Boa
.
.
.
.
Keesokan harinya Donghae harus dihukum oleh kepala sekolah karena datang terlambat. Wajahnya terlihat lusuh seperti kurang tidur. Entah apa yang dilakukannya semalaman. Sekarang Donghae dihukum untuk menyapu halaman sekolah. Walau masih dengan wajah mengantuk Donghae tetap melaksanakan hukumannya.
Sementara itu Boa sedang mengikuti pelajaran olahraga. Boa melihat Donghae sedang menyapu halaman dengan mata tertutup. Terlihat agak aneh karena mungkin selama ini Boa tidak pernah melihat orang menyapu halaman dengan matanya yang menutup. Dan dihampirinya Donghae,
“Ya!! kau sedang apa disini?” teriak Boa

“Hah?? Mwoya??” Donghae terkejut dengan teriakan Boa yang tepat mengenai telinganya.
“Kau sedang apa?” tanya Boa
“Kau juga sedang apa disini?” wajah terkejut perlahan mulai kembali seperti sebelumnya (mengantuk)
“Jawab dulu pertanyaanku!”
“Ahh.. hari ini aku terlambat masuk sekolah jadi kepala sekolah menghukumku.” Jelas Donghae
“Lalu kenapa kau menyapu sambil tidur?” tanya Boa
“Tidur? Aku tidak tidur!” elak Donghae
“Tentu saja kau tidak mengakuinya. Kau kan tidur. Memangnya kau melakukan apa semalam?”
“Memikirkanmu.” Jawab Donghae sambil memasang senyum termanis
Wajah Boa pun langsung memerah. Dia berpikir sebenarnya Donghae ini sedang mempermainkanya atau tidak?
“Jangan bercanda!”
“YA!! Kwon Boa!!! Sedang apa kau? Kau tahu sekarang waktunya apa? Kembali kesini!!” tiba-tiba guru olahraga Boa memanggilnya dengan nada kesal
“Sebaiknya kau harus kembali,” ujar Donghae
“Baiklah.”

‘Semoga kejutan ini tidak ketahuan olehnya...’
.
.
.
.
-tbc-

Okeh, kali ini kalian mau komen apa saya terima ^^
RCL please!!

Gomawo~

FF/Key Of Heart/Donghae_BoA/Chaptered

Judul: Key Of Heart
Author: HyeJae~
Genre: mungkin romance, atau mungkin sad romance -_- #bunuh Author
Cast: Lee Donghae a.k.a Donghae
          Kwon Bo Ah a.k.a Boa
NB: INI ASLI BUATAN SAYA!!!! DON’T COPAS PLEASE AND DON’T BE SILENT READER! J


Annyeonghaseyo readerdeul ^^ apa kabar? Lama tak jumpa dengan Author yang cetar membahana badai tsunami halilintar #kibasponitanteSyahrini XD
Kalo biasanya Author bkin FF Oneshoot, skarang Author pngen niat bener2 bkin FF chapter. Okeh, sekarang mungkin kalo dilihat judulnya pasti kalian inget dong sama Mvnya?? Nah, Author pngen nyoba dibikin bentuk Fanfiction tapi versi Author. Jadi kalo ada yang sedikit menyimpang gapapa dong??
Oke! Semoga readerdeul suka ya.. ^^

-----Happy Reading-----

Summary#
Saat itu musim semi. Musim favoritmu, mungkin kau ingat itu. Tapi apakah kau akan ingat aku? Apa aku masih bisa mengharapkan itu?
.
.
.
.
.
“Aigoo!! Bagaimana ini? Aku bisa terlambat masuk kelas musik! Lagipula aku bodoh sekali bisa tertidur di kamar mandi. Memalukan!!” gerutu Boa. Gadis mungil siswi kelas 3 SMA Gangnam School ini sedang merutuki dirinya sendiri akibat tertidur di kamar mandi pada saat jam istirahat. Mungkin dia agak lelah karena tanggung jawabnya sebagai murid semester terakhir yang harus melaksanakan ujian kelulusan ditambah persiapannya untuk mengikuti audisi musik yang sudah lama menjadi impiannya semenjak masuk SMA.
Boa terus berlari pontang-panting menuju kelas musik. Kertas-kertas berisi lagu-lagu yang sudah ia siapkan pun sampai berjatuhan dan mengharuskannya menghentikan larinya untuk mengambil kertas-kertas itu. Gumaman tidak jelas terus keluar dari mulut kecilnya.


“Aisshh... kenapa hari ini aku bosan sekali!!” gerutu Donghae kesal. Donghae si anak yang baru pindah ke sekolah itu seminggu yang lalu, sedang bergumam tak jelas di taman sekolah. Karena dia masih anak baru hari ini setelah mengikuti persiapan untuk ujian kelulusan, dia tidak memiliki kegiatan lain selain bermalas-malasan di sekolah. Dia begitu malas untuk pulang ke rumahnya karena dia tahu akan lebih membosankan lagi kalau harus berdiam diri di rumah sendirian.
Akhirnya Donghae mencoba untuk melakukan sedikit kegiatan daripada dia mati kutu di tempat. Mungkin dengan sedikit iseng dia ingin melihat ke kelas-kelas tambahan.
“BRUUKKKK!!!!”
Entah Donghae yang tidak fokus berjalan atau orang yang menabraknya ini sedang tidak memperhatikan jalannya.
“Ya!! hati-hati dengan jalanmu!” kesal gadis bertubuh mungil sambil mengambil tumpukan kertas berisi not-not balok itu. Donghae hanya terkesiap mendengarnya. Bukannya yang tadi berlari seperti orang kesetanan gadis ini? Kenapa sekarang gadis itu malah menyalahkannya?
“Maaf, tapi sepertinya kau yang perlu memperhatikan jalanmu. Kau tadi berlari seperti orang kesetanan” kata Donghae tak terima.
“Ngomong-ngomong kau mau kemana? Kenapa buru-buru sekali?” tanya Donghae. Boa yang masih merasa kesal dengan Donghae hanya memasang wajah cuek. Donghae yang merasa dicuekin pun akhirnya mengalah.
“Baiklah, aku minta maaf atas kata-kataku tadi.” Ujar Donghae.
“Oke, kumaafkan kau” jawab Boa sambil pergi berlalu melewati Donghae.
“Hei! Kau mau kemana?” tanya Donghae sambil mengekori Boa
“Hari ini aku ada kelas musik dan aku sudah terlambat.” Jawab Boa dan makin mempercepat langkahnya.
“Kelas musik??” ujar Donghae sambil mengingat-ingat sesuatu.
“Ya, waeyo?”
“Tapi sepertinya kau belum dengar pengumuman dari Mrs. Jung kalau kelas musik hari ini diliburkan.” Seketika langkah cepat Boa terhenti membuat Donghae yang dibelakangnya terkejut dan hampir menabrak Boa.
“Mwo?!! Diliburkan? Kenapa?? Kenapa kau baru bilang sekarang?” tanya Boa kesal.
“Jangan salahkan aku. Aku juga baru tahu kalau kau ikut kelas musik.” Jawab Donghae dengan tampang tanpa dosa.

Kepala Boa mulai pusing karena stress. Hari ini dia tertidur di dalam toilet, berlari seperti orang kesetanan di sekolah, bertemu dengan namja aneh yang tidak dikenalnya, dan sekarang kelas musik tiba-tiba diliburkan.
Sekilas Boa melihat baju yang dikenakan oleh namja dihadapannya ini adalah seragam sekolahnya. Apa dia anak baru? Pikir Boa.

“Ngomong-ngomong kau anak baru ya?” tanya Boa
“Ne? Oh, ne aku anak baru disini. Baru pindah minggu lalu.” Jawab Donghae kikuk
“Benarkah? Kenapa aku tidak tahu kalau ada anak baru di sekolah ini?” tanya Boa pada dirinya sendiri. Donghae hanya mengangkat bahu tidak tahu.
“Oh ya, Boa imnida. Kau?” kata Boa sambil mengulurkan tangannya.
“Naneun Donghae imnida. Senang bertemu denganmu. Kalau boleh tahu kelasmu dimana?” tanya Donghae
“Aku kelas 12-A, kau pasti kelas 12-B kan? Karena kelas itu banyak sekali anak baru.” Jawab Boa.
“Ne, sayang sekali kelas kita berbeda. Padahal kalau kita satu kelas pasti menyenangkan. Kita bisa berteman kan?” ujar Donghae dengan senyum manisnya
Alis Boa terangkat, terkejut dengan reaksi namja ini. Boa merasa kalau Donghae adalah anak baik dan manis. Berbeda dengan teman-teman namja lainnya yang yang terkesan badboy, ya walaupun tidak semuanya.
Boa pun membalas senyuman Donghae. Entah kenapa, hatinya sedikit senang setelah mengenal Donghae. Ada sedikit perasaan nyaman apabila berbicara dengan namja ini. Tapi Boa tidak mau berpikir macam-macam tentang Donghae. Mungkin saja, Donghae bersikap manis padanya hanya karena ada maunya. Boa harus tetap hati-hati pada Donghae.
.
.
.
.
“Ya! Boa, kau dipanggil oleh Mrs. Jung di ruangannya!” ucap salah satu teman sekelasnya. Sebenarnya hari ini Boa sedang malas untuk keluar kelas. Kakinya begitu berat untuk berjalan dari bangkunya.

Sambil menyeret kakinya malas. Boa memasuki ruangan Mrs. Jung
“Oh, kau Boa? Masuklah.” Perintah Mrs. Jung. Boa melihat Mrs.Jung sedang sibuk dengan file-file yang menumpuk di mejanya.
“Kalau boleh tahu, ada apa Mrs. Jung memanggil saya? Apa ada masalah?” tanya Boa penasaran
“Masalah besar nona, kau ingat dulu aku pernah membuatkan lagu untuk kau gunakan di audisi nanti?” tanya Mrs. Jung. Boa sedikit mengingat-ingat kembali dan mulai mengangguk.
“Itulah masalahnya. Lagu itu hilang entah kemana, saya lupa menaruhnya dimana. Dan sekarang tinggal beberapa minggu lagi. Dan saya tidak bisa membuat salinan lagu itu lagi karena ibu kepala sekolah menugasi saya sesuatu yang sangat penting dan tidak bisa ditinggal.” Jelas Mrs. Jung
“Jadi maksud anda, saya tidak dapat mengikuti audisi itu?” tanya Boa kecewa
“Saya tidak bilang kau batal mengikuti audisi itu. Tapi kau bisa membuat lagumu sendiri untuk audisi itu. Berusahalah!” jawab Mrs. Jung
“Tapi, aku kurang mahir dalam membuat lagu. Apalagi dengan waktu yang singkat ini. Mrs. Jung, kumohon bantu saya. Saya tidak tahu harus bagaimana lagi, saya juga mungkin akan sibuk dengan persiapan ujian kelulusan.” Tak terasa air mata Boa mengalir.
“Uljima, aku tahu kau pasti bisa. Kau itu pandai apalagi dalam hal musik. Kau harus bisa menggapai cita-citamu. Fighting~!”
.
.
.
Kepala semakin berdenyut semenjak percakapannya dengan Mrs.Jung tadi. Dia hampir saja menangis kalau saja Donghae tidak datang tiba-tiba dan mengejutkannya dari belakang.

“Hey!! Perhatikan jalanmu nona!” teriak Donghae. Tidak ada reaksi apapun dari Boa. Dia hanya diam menatap Donghae seakan-akan Donghae adalah orang aneh yang tiba-tiba berteriak di telinganya.
Merasa ada yang berbeda dengan gadis di depannya, Donghae pun mulai berani bertanya.
“Ada apa dengan wajahmu? Kau sakit? Atau kau sangat terkejut dengan yang tadi?” tanya Donghae sambil nyengir kuda.
Boa tetap diam sambil memandangi lantai keramik sekolah, mungkin memandangi lantai lebih menarik daripada memandangi namja manis di depannya.
“Kajja, ikut aku!” ajak Donghae sambil menarik tangannya.
“Eh?? Mau kemana?” tanya Boa.
“Ke tempat yang membuatmu lebih baik.” Jawab Donghae.

Donghae terus menarik tangan Boa sampai ke ruang kelas musik. Boa yang masih bingung kenapa ia dibawa ke tempat ini, dia pun mencoba melepaskan tangannya dari Donghae.
“Tunggu! Mau apa kita di kelas musik? Hari ini kan tidak jadwal kelas musik?” tanya Boa.
“Cepat mainkan sebuah lagu untukku!” perintah Donghae sambil mendudukkan Boa di kursi piano.
“Untuk apa?!” merasa kesal karena sebenarnya hari ini dia yang merasa perlu dihibur kenapa sekarang dia yang harus menghibur orang ini?
“Tak ada kata penolakan!” jawab Donghae singkat. Donghae pun duduk di kursi dekat piano sambil memandangi Boa yang mulai menggerutu tidak jelas. Tapi dia tidak peduli itu.
Boa pun mulai memainkan sebuah lagu.

Amuri apado joha jigeum neol boreo gagi ttaemune
Meoreojyeo inneun dongan neol neomu bogo sipeotgi ttaemune

Jogeumman deo jinamyeon neol dasi boge dwae seolleineun nal
Nae maeumi apado ipsureun jeojeollo utge doeneun nal
Deo isang neoege saranghae malhal su eobseojineun nal
Ireoke seolleneun heeojineun nal
Rallallallalla
Saranghae neoreul saranghae balgeoreum matchwo gobaegeul hae
Jogeumman deo jinamyeon neol dasi boge dwae seolleineun nal
Nae maeumi apado ipsureun jeojeollo utge doeneun nal
Deo isang neoege saranghae malhal su eobseojineun nal
Ireoke nae maeumi seolleneun oneureun heeojineun nal

Miri apahal pillyoneun eobseo geunyang jigeum idaero neoreul saranghae
Rallallallalla

Jogeumman deo jinamyeon neol dasi boge dwae seolleineun nal
Nae maeumi apado ipsureun jeojeollo utge doeneun nal
Rallallallalla
Amuri apado joha jigeum I sunganmaneun haengbokhae
Prokk..prokk..prokk..!!! suara tepuk tangan Donghae memenuhi ruangan kelas. Entah perasaan darimana, tepuk tangan Donghae tadi membuatnya lebih baik. Mungkin ini maksud Donghae mengajaknya kesini.
“Bagaimana? Apakah dengan bermain musik perasaanmu lebih baik?” tanya Donghae.
“Ne, gomawo Donghae-ssi!” jawab Boa semangat.
“Cheonma. Ngomong-ngomong kau juga mahir bermain piano.” Ujar Donghae
“Ne, aku sudah bermain piano sejak aku kelas 1 SD. Eommaku yang mengajarinya” jawab Boa
“Apa kau juga bisa bermain musik?” tanya Boa
“Eh.. sebenarnya aku cukup mahir bermain gitar tapi tidak terlalu hobi memainkannya.
“Jinjja?? Memangnya hobimu apa?”
“Mmm?? Aku suka bermain basket” jawab Donghae
“Haha, aku tidak percaya kau suka basket. Lihatlah tinggi badanmu! Kau pendek!” ledek Boa sambil terkekeh.
Donghae kesal dan mempout mulutnya. Merasa terhina oleh tinggi badannya sendiri.
“Ya!! tinggi badan tidak menjamin orang itu pandai basket! Kalau kau tidak percaya, kau bisa menantangku untuk bermain basket bersamamu!” kata Donghae
“Mwo?? Kenapa aku?”
“Karna kau sudah menertawai tinggi badanku!” jawab Donghae tidak mau kalah.
“Ne, baiklah bagaimana kalau aku yang menang?”
“Aku akan menjadi pesuruhmu selama 1 minggu.”
“Tapi bagaimana kalau aku kalah?”
“Kau, harus jadi pacarku!”
.
.
.
.

Tbc

Kyahahaha... sangat menyenangkan membuat ff dengan ending nggantung #gantung Author
Okelah segini dulu yang baru bisa saya selesaikan.
Kalau penasaran sama kelanjutannya pantengin aja terus fb author @Rahmi Elfarahdita
Tapi jangan keseringan liatin fb author ntar jatuh cinta (oh no!!)
RCL yang banyak yaw!!

Gomawo~

Minggu, 17 Februari 2013

My favorite pict XDD

FF/Your Superman/Oneshoot



Judul : Your Superman
Author : HyeJae~
Genre : Comedy Romance
Cast : Kim Jong Woon a.k.a Yesung
           Im Yoona a.k.a Yoona
NB: INI ASLI BUATAN SAYA 100%

Annyeong,, Author Gaje dunia akhirat balik lagi ^^
Nie aku ksi FF bru
Moga chigu ska yaa..

----------------Happy Reading----------------
Author POV#
“Jangan ganggu Yesung!!” teriak Yoona kecil pada anak-anak nakal yang mengganggu Yesung kecil.
Yesung hanya bisa menangis sesegukan.
Yoona mengusir anak-anak nakal itu, lalu ia mengahampiri Yesung yang menangis. Ia pun menghibur Yesung
“jangan nangis lagi dong!!” hibur Yoona sambil menepuk pundak Yesung.
Yesung kecil mengangguk kecil dan menghapus air matanya.
Yesung dan Yoona adalah teman baik, atau mungkin sudah bisa dianggap seperti saudara. Mereka sudah berteman sejak Yesung pindah ke Cheonan saat ia kelas 2 SD. Saat itu Yesung sama sekali tidak memiliki teman. Hanya Yoona yang mau menyapanya saat itu. Dan semejak itu mereka berteman baik.
Selama ini Yoona, anak perempuan tomboy yang selalu menjaga Yesung dari anak-anak nakal yang selalu mengganggu Yesung yang selalu mereka anggap lemah. Yoona tidak suka tindakan mereka terhadap Yesung, ini sudah keterlaluan..
Diperjalanan pulang dari sekolah..
“Yesung-ssi,” panggil Yoona
“Hmm??” jawab Yesung menoleh kearah Yoona
“kau ini kan namja, harusnya kau tidak boleh menangis seperti tadi! Kan malu..” kata Yoona
“mianhaeyo,Yoona- ssi. Aku sudah merepotkanmu. Tapi mereka terlalu banyak dan aku tidak bisa melawannya” jawab Yesung hampir menangis
“Hey, jangan nangis lagi!! Lagipula kau tidak perlu menggunakan fisik untuk melawan mereka, kau cukup butuh pakai otakmu untuk melawan mereka, sebenarnya mereka itu sangat bodoh! Jadi kau jangan takut dengan orang bodoh seperti mereka!!” nasehat Yoona.
Yesung mengangguk dan tersenyum manis.
“Ne, gomawo” jawab Yesung

----------------10 tahun kemudian----------------

“Mianhae, Yoona-ah. Aku merepotkanmu lagi! Sunnguh aku tidak bisa melawan mereka, badan mereka terlalu besar.” Kata Yesung menyesal.
Yap, hari ini Yoona berkelahi lagi dengan preman sekolah. Mukanya penuh peluh, bajunya kotor bukan main. Dia melindungi Yesung yang saat itu dipaksa untuk mengerjakan tugas-tugas mereka. Yesung hanya bisa diam melihat Yoona dengan beraninya membentak mereka agar tidak mengganggu Yesung lagi. Yesung sangatlah beruntung mempunyai sahabat seperti Yoona, tapi di lain sisi dia juga merasa bersalah padanya Yoona karena dialah Yoona menjadi layaknya preman sekolah (?) #plakk!!* baru yang sering berkelahi hanya untuk melindungi Yesung. Padahal dulu dia sudah berjanji pada Yoona agar tidak lemah dihadapan orang lain.
“Ne, gwechanha Yesung-ssi” jawab Yoona yang tetap memasang senyumnya pada Yesung
“sekali lagi jeongmal mianhae Yoona” balas Yesung yang terus membungkukkan badannya
“sudahlah, kau tidak usah merasa bersalah seperti itu. Lagipula yang salah itu mereka karena mereka selalu mengganggumu” jawab Yoona
“tapi aku kan sudah berjanji padamu agar lebih berani pada mereka. Tapi nyatanya kau juga yang akhirnya melindungiku” kata Yesung tertunduk. #idup lu nyusain amat yak?? #Author dihajar Yesung*abaikan*
“Sudah, aku tidak apa-apa Yesung-ssi. Ya, aku tahu kalau kau dulu sudah berjanji akan menjadi namja yang berani, tapi itu bukan maksudku untuk memaksamu agar bisa berkelahi dengan mereka. Arraseo??” jawab Yoona. Dia memang tidak pernah memaksa Yesung untuk menjadi berani pada semua orang #yaiyalah, lu brani ame ortu d’tabok bru tau rasa noh!*abaikan*
Yesung yang mendengar jawaban Yoona semakin bertekad untuk menjadi namja yang pemberani yang bisa melindungi Yoona dari orang-orang yang mengganggu Yoona.
Author POV end#

Yesung POV#
Aku tidak pernah mengerti jalan pikirannya Yoona, dia itu yeoja kenapa dia mau berkelahi dengan pria-pria bertubuh tiga kali lipat daripada tubuhnya. Coba saja lihat, tubuh Yoona itu kurus sekali. Kalau dibandingkan tubuhku, masih besaran tubuhku. Tapi aku juga seperti pengecut saja, masa iya aku yang namja dan badannya lebih besar daripadanya tidak bisa melawan pria-pria besar itu dan selalu bersembunyi di belakang punggung Yoona?
Aku ini seperti namja babo! #emank, uda babo aneh pula *Author d’injek ddangkoma*abaikan*
Yesung: uda deh thor, lu nulis aja yg bner!! Gak usa bnyak bacot! Liat tu my baby ddangkomaku ngamuk..
Author: -__-“
*lanjut*
Aku pun membersihkan luka dibibirnya, tunggu? Ini terbalik! Kenapa aku jadi seperti yeoja yang sedang membersihkan luka si namja yang habis berantem sama traktor?? #hahaha ^o^
“Awwhh, appo Yesung-ah! Bisakah kau pelan sedikit??” ringis Yoona saat aku membersihkan lukanya
“Mianhae” jawabku singkat
“Yoona-ssi” panggilku, ia menatapku kosong
“apa??” tanyaya
“kau sudah seperti ini semenjak kapan?” tanyaku yang tetap bekerja membersihkan luka Yoona
“Aww, pelan sedikit Yesung!!” ringisnya lagi. Apa aku terlalu kasar ya?
“aku seperti ini sudah dari dulu tahu!! Wae?” dia balik bertanya. Aissh,, aku babo! Seharusnya aku tidak perlu bertanya seperti itu.
“gwechanha” jawabku. Aku tidak tahu harus menjawab dengan kosakata apa? #lebay lu, cung!
“YA! sudah hentikan! Berhentilah membersihkan lukaku, kau ingin aku mati karena kehabisan suara setelah berteriak kesakitan seperti tadi?” kata Yoona sambil menghentikan tanganku yang sedang mengobatinya.
“Ah, mianhae” jawabku tertunduk
Dia pun bangkit dan bergegas pergi dari posisinya saat ini. Kenapa dia? Apa dia marah padaku?? Apa karena aku tidak bisa menepati janjinya dulu?
Yesung POV end#
Yoona POV#
Aissh, apa yang aku lakukan tadi? Aku membentak Yesung?! Babo sekali aku ini..
Tapi mau gimana lagi, hatiku tidak mau duduk manis dan selalu berdebar. Apalagi saat wajah Yesung sangat dekat denganku tadi. Hatiku makin tidak karuan dibuatnya. Wajahnya yang imut itu yang membuatku tidak tahan melihatnya ditambah lagi dengan jarak yang begitu dekat seperti itu..
Sebenarnya aku ini kenapa? Apa aku mulai menyukainya??
Aku langsung bangkit dari tempat dudukku dan langsung bergegas pergi dari sini. Aku sungguh tidak tahan melihat wajahnya. Dan perkataannya yang sukses wajahku memerah. Aku berlari tanpa mempedulikan Yesung dan wajah polosnya itu.
Hufftt, akhirnya aku sampai di kelas, leganya sekarang aku bisa sedikit menghindarinya untuk beberapa saat. Aku butuh waktu untuk membuat hati duduk manis kembali dan berontak seperti tadi. Belum selesai aku memerintahkan hatiku untuk diam, tiba ada yang menepuk pundakku.
“Yoona-ssi, kenapa kau meninggalkan aku seperti tadi? Kau marah padaku ya? mianhae!” kata Yesung. Aku sungguh terkejut, dengan refleks aku bangkit dari bangkuku dan menatapnya dalam, bisa kulihat manik matanya dibalik kacamata yang bisa membuatku meleleh saat ini juga.
“a..aa..ku mau ke toilet dulu” jawabku gagap dan langsung pergi menghindarinya
“Oh, ne” jawabnya dan mempersilahkanku pergi.
Yoona POV end#

Yesung POV#
Hmm, apa yang salah dariku ya? akhir-akhir ini Yoona sering menghindariku. Apa penampilanku seperti hantu Kyu?? #Kyu dteng nginjek” Author*abaikan* >_<
Saat pelajaran pun, tumben-tumbennya dia tidak pernah bertanya padaku. Biasanya kalau ada materi yang tidak ia mengerti pasti dia langsung bertanya padaku. Apa dia sudah pintar sekarang? #Yesung curiga nih ceritanya?
Saat pulang sekolah juga, tidak seperti biasanya dia tidak mengajakku pulang bersama. Dia lebih memilih pulang bersama teman-temannya yang lain. Apa dia benar-benar marah padaku?
Aku pun beranjak keluar kelas, tiba-tiba Heenim seonsaengnim memanggilku.
“Yesung-ssi. Bisakah kau kemari sebentar!” panggil Heenim seonsaengnim. Aku langsung menghampirinya di meja guru.
“ada apa Heenim seonsaengnim?” tanyaku
“bisakah kau membawakan buku-buku ini ke ruanganku? Aku mau ke toilet sebentar.” Katanya. Aku mengangguk dan langsung membopong semua buku tebal dihadapanku yang membuatku susah untuk melihat jalan.
BUKK!! Aku merasa ada yang menabrakku dan membuatku terjatuh tertimpa buku tebal yang aku bawa. Aisshh, sialan kacamataku lepas. Aku meraba-raba untuk mencari kacamataku yang baru kubeli dari WHYSTYLE #promosii!!
Setelah kudapatkan kacamataku dan kupakaikan kembali. Kulihat orang yang menabrakku tadi. Eh, ternyata dia yeoja. Dan kenapa dia melihatku seperti itu? Seperti orang yang melihat pangeran lewat saja? Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak pangeran lewat! >_<
“Gwenchana?” tanyaku membuyarkan lamunannya
“Eh, ne. Omo, mianhae aku tadi menabrakmu. Sungguh aku tidak melihatmu” jawabnya sambil membungkukkan badannya dan memungut buku-buku tebal yang terjatuh tadi.
“sudah, tidak perlu kau punguti. Aku bisa sendiri.” Jawabku sambil mengambil buku digenggamannya. Dia terus saja melihatku, ada apa dengannya??
“jeongmal mianhae! Kalau begitu aku duluan ya” katanya dan beranjak pergi, tapi matanya tetap menatapku. Aku cuek saja padanya.
Setelah meletakkan buku-buku tebal ini di ruangan Heenim seonsaengnim. Aku bertemu dengan Siwon seonsaengnim. Dia guru olahragaku, aku mulai berpikir apakah aku harus meminta tolong padanya? Aku ingin sekali seperti namja lain yang bisa melindungi yeoja, bukan namja yang dilindungi oleh yeoja -___-
Aku menghampiri Siwon seonsaengnim dengan tekad yang sudah kukumpulkan dari koin amal tadi (?). dengan ragu aku memanggilnya.
“Siwon seonsaengnim?” panggilku ragu-ragu
“oh, Yesung-ah. Kenapa kau belum pulang?” tanyanya
“aku tadi habis mengembalikan buku Heenim seonsaengnim. Ani, a..aa..ku? apakah kau bisa membantuku Siwon seonsaengnim?” kataku gelagapan. Aisshh, Yesung! Kau kenapa jadi seperti penakut seperti itu??
“Hmm.. tentu saja! Apa yang bisa aku bantu?” jawabnya semangat.
Aku langsung menceritakan kejadianku hari ini dan soal janjiku pada Yoona dulu. Setelah aku bercerita pada sesi curhat ini (?) tidak kusangka Siwon seonsaengnim malah menatapku perihatin -_-
Memang apa salahnya?? Apa aku begitu terlihat parah setelah menceritakan ini padanya. Dia masih menatapku dengan pandangan seperti perihatin pada anak anjing yang dibuang induknya di pinggir jalan. #tragis ==”
“bagaimana Siwon seonsaengnim? Kau mau membantuku kan?” tanyaku.
Dia masih saja diam dan terlihat seperti berpikir. Ayolah, berpikirnya jangan lama-lama donk!! Aku nunggu nih!!!
“Baiklah, aku akan membantumu!” jawab Siwon seonsaengnim
“Ne? Jeongmal??” tanyaku tidak percaya. Dia pun mengangguk menyakinkanku. Wah, aku bahagia sekali.. aku pun akan berusaha untuk dapat mengubah semuanya. Yoona, tunggu aku. Aku akan berubah untukmu dan menepati janjiku 10 tahun yang lalu...^^
Yesung POV end#

Author POV#
Sudah sebulan ini Yoona tidak terlihat bersama Yesung, sahabatnya dari kecil. Yoona mulai cemas pada Yesung, karena akhir-akhir ini Yesung tidak ada kabar. Dia merasa bersalah karena satu bulan terakhir ini dia selalu menghindari Yesung. Sekarang dia sangat merindukan Yesung, ia rindu dengan wajah imut Yesung, matanya yang berbinar, pokoknya dia sangat merindukan semua yang berhubungan dengan Yesung.
Dikampus, Yesung juga jarang terlihat. Yoona, makin tidak tahan dengan jarak mereka yang mulai renggang.
Di lain sisi Yesung sedang berlatih fisik dengan Siwon seonsaengnim. Sekarang Yesung sudah mulai terlihat berbeda daripada yang sebelumnya. Dulu badannya yang polos tak berisi sekarang sudah ‘ehem’ #readernya ngiler nih*
Berkat bantuan Siwon seonsaengnim dan tekadnya untuk berubah menjadi namja sejati yang bisa membuatnya seperti sekarang ini. Ia tidak sabar untuk memberitahu Yoona kalau sekarang dia sudah berubah dari namja yang penakut dan cengeng, sekarang sudah menjadi namja yang pemberani seperti yang diharapkan Yoona.
“gomawo, Siwon seonsaengnim” kata Yesung sambil membungkukkan badannya
“Ne, cheonma. Tapi tunggu dulu Yesung-ssi!” jawab Siwon seonsaengnim
“ada apa?” tanya Yesung
“sepertinya ada satu hal lagi yang harus kau rubah.” Kata Siwon seonsaengnim yang membuat Yesung jadi kebingungan.
“apa itu??” tanya Yesung lagi
“kacamatamu. Coba kau lepas kacamatamu, kau pasti akan terlihat tampan!” kata Siwon seonsaengnim sambil melepaska kacamata Yesung
“Mwo?? Tapi, aku tidak bisa melihat kalau tidak pakai kacamata!” Yesung terkejut karena tiba-tiba pandangannya jadi gelap.
“kumohon kembalikan kacamataku Siwon seonsaengnim” kata Yesung yang mengulurkan tangannya meminta uang (?) salah, maksudnya kacamatanya!
“baiklah, dan ini pakai ini besok, oke?” kata Siwon seonsaengnim sambil memberikan kacamata Yesung dan sebuah kotak dan meninggalkan Yesung di gedung olahraga.
Yesung penasaran dan membuka kotak itu yang ternyata isinya kontak lensa. Dia pun terkejut dan bertanya-tanya mengapa Siwon seonsaengnim memberinya kontak lensa dan menyuruhnya memakai kontak lensa itu besok.
Akhirnya Yesung pulang dengan perasaan bahagia.

-------------keesokannya-------------
Yesung memakai kontak lensa yang diberikan Siwon seonsaengnim kemarin. Dia masih belum terbiasa dengan kontak lensanya dan masih heran kenapa Siwon seonsaengnim bisa tahu plus minus matanya. Tapi ia tidak begitu peduli dan langsung berangkat ke kampus.
Dengan tubuh tinggi tegapnya dan wajah yang masih tetap menunduk, Yesung masuk ke dalam kelasnya. Semua orang tertuju padanya, Yesung yang belum terbiasa dengan keadaan seperti ini dengan seketika saja wajah langsung panas sehabis dipanggang (?)
Yesung melihat semua orang yang masih menatapnya kagum, yeoja-yeoja sekarang mulai senyum –senyum kepadanya. Yesung pun membalas senyuman mereka dan dibalas dengan teriakan histeris yeoja itu #brasa artis nie bocah! ==”
Yesung mulai bekerja mencari Yoona, dia butuh waktu yang cukup lama untuk menghindari yeoja-yeoja sinting yang selalu mengikutinya. Akhirnya Yesung menemukan Yoona yang sedang duduk sendiri di bangku taman kampus. Entah ada angin apa? Tiba-tiba saja hati Yesung langsung berdegup kencang. Dilihatnya Yoona dengan rambutnya yang panjang terurai ditambah dengan hembusan angin sejuk yang meniup wajahnya sehingga rambutnya tersibak indah #Author bingung bikin kalimatnya>_<
Didekatinya Yoona, saat ia hampir sampai tiba-tiba ada segerombolan namja yang mengerumuni Yoona dan mengajak Yoona pergi ke suatu tempat. Yoona pun mengikuti mereka. Yesung penasaran mau dibawa kemana Yoona? Ia pun mengikuti mereka diam-diam.
Author POV end#

Yoona POV#
Hari ini sangat indah, udaranya juga sangat sejuk. Jam istirahat berbunyi, aku duduk-duduk di bangku taman kampus. Bisa kurasakan angin sejuk berhembus kencang.. aku sangat suka saat ini. Tiba-tiba segerombolan namja yang mendekatiku. Mereka berjalan seperti anak bebek yang mengikuti induknya kemana pun.
“Yoona-ssi” panggil salah satu namja itu
“Wae?!!” jawabku galak
“woo, jangan galak-galak dulu donk! Aku hanya ingin menawarkan taruhan padamu” kata namja jelek itu padaku
“apa itu?” tanyaku penasaran
“kau harus melawan kami semua! Ya, hampir mirip-mirip bertarung. Kalau kau menang kami akan berjanji tidak akan menggannggumu dan namja pengecutmu itu. Tapi kalau kau kalah, kau harus jadi pacarku! Arra?!!” jawabnya
“Ya!! jangan katakan kalau Yesung itu pengecut!! Baiklah, aku mau! Tapi kau harus menepati janjimu itu!” jawabku setuju. Mereka pun mengajakku pergi kesuatu tempat yang sama sekali tidak aku kenal.
Yoona POV end#

Author POV#
Yoona sekarang berada disuatu tempay yang tidak ia kenal sam sekali. Yoona mulai menjaga jarak dengan namja-namja itu. Tapi tiba-tiba ada dua namja yang memegang tangan Yoona erat dari belakang. Yoona tidak bisa melepaskan diri dari dua namja itu.
“YA!! jangan main keroyokan donk!!!” bentak Yoona
“apa tadi aku bilang kita akan bertarung sendiri-sendiri? Tidak kan??” jawab namja itu
“tapi kalau begini namanya curang!!” teriak Yoona
“aku tidak peduli ini curang atau tidak. Intinya sekarang aku akan membalas semua perbuatanmu padaku yang membuatku tersiksa selama dikampus ini!!” bentak namja itu dan mulai melayangkan tinjunya pada Yoona. Tiba-tiba ada tangan yang mencegahnya. Yoona tidak dapat melihat wajah orang itu karena tempat itu sangat gelap.
“ternyata selama ini yang pengecut itu kau ya?” tanya orang itu dan langsung mengahajar namja-namja itu, sehingga segerombolan namja itu lari ketakutan..
Yoona masih diam ditempat tanpa bergeming sama sekali. Lalu orang itu mendekati Yoona, Yoona ketakutan.
“jangan dekati aku!!” ancam Yoona
“apa kau tidak mengenalku?” tanya orang itu duduk di depan Yoona
“untuk apa aku mengenalmu?!” bentak Yoona
“apakah aku terlalu berubah, sampai-sampai kau tak mengenalku??” jawab orang sambil memakaikan kacamatanya yang ia ambil dari saku celananya.
“sekarang kau mengenalku? Yoona-ssi??” tanya orang itu yang ternyata adalah Yesung. Yoona tidak bisa berkata apa-apa. Ia sungguh terkejut dengan perubahan Yesung yang sangat drastis.
“kau? Yesung??” itulah kata-kata yang bisa Yoona ucapkan.
“Ne,” jawab Yesung sembari melepaskan kacamatanya lagi.
“kau memakai kontak lensa??” tanya Yoona heran
“Oh, ini. Wae? Jelek ya??” jawab Yesung gelagapan
“Ani, hanya saja kau terlihat tampan kalau tidak pakai kacamata!” jawab Yoona malu-malu heebum #Author d’cakar heebum*
Wajah Yesung seketika menjadi kepiting rebus. Hatinya berdebar kencang setelah mendengar kata-kata Yoona tadi.
“Ah, ne. Gomawo~” jawab Yesung malu
“Yoona, sekarang aku sudah menepati janjiku 10 tahun yang lalu. Sekarang aku sudah berubah dari namja cengeng menjadi namja pemberani. Terima kasih kau sudah mempercayaiku dan selalu melindungiku selama ini. Dan semua ini kulakukan hanya untukmu. Mulai sekarang aku yang akan menjadi pahlawan untukmu, aku akan menjadi ‘Superman’mu. Dan satu lagi, Saranghaeyo Yoona!” kata Yesung serius.
Mata Yoona mulai berkaca-kaca. Ia tidak percaya dengan semua ini. Ia terharu mendengar kata-kata Yesung yang membuatnya makin menyukai Yesung. Yoona langsung memeluk Yesung..
“nado, Saranghaeyo Yesung. Gomawo kau sudah mau menjadi ‘Superman’ku” jawab Yoona.
Mereka pun saling bertatapan dan tersenyum bahagia...

-------------------The End-------------------

Gimana??? Gaje kah?
mian klo jelek ato gak suka
Tapi smoga aja readers pada suka ^^
Jng lupa RCL!! (maksa)
Gomawo~